Tapi, sebelum mulai baca, mungkin untuk menghayatinya, ada baiknya baca ini sambil denger lagu Weezer - Island in The Sun. *ape deh*
Malam semakin larut, semua perlengkapan udah siap di tempat, anak-anak udah pada tidur. Yang belum siap pesertanya. Lah, kenapa gitu? karena pesertanya pada misah-misah dan baru ketemuan besok pagi.
Yang akan berangkat ke pulau Pari adalah:
- Gue (ya iyelah).
- Istri.
- Maira (6 thn - anak pertama gue).
- Luna (1 thn 3 bln - anak kedua gue).
- Doni (adek gue).
- Dona (adek gue).
- Rima (adek gue).
- Dimas (temen - yang udah kaya keluarga, karena gue sama Dimas temenan dari kuliah, trus pas Dimas kawin, ternyata Nyokap-sahabatan-sama-nyokap-mertuanyaDimas-yang-udah-dianggap-kaya-keluarga-saking-deketnya).
Sampe pelabuhan jam 5, bener aja, pasarnya udah penuuuh orang lalu lalang. Doni pun segera nemuin temennya yang bakal jadi guide kami disana, namanya Ogi (Maira seneng banget sama Ogi, karena menurut Maira, namanya-mirip-sama-tokoh-kartun-Oggy-and-the-Cockroaches-idolanya).
Berikutnya adalah naik kapalnya. Nah. Permasalahan dimulai. Sebagai suami yang
(Karena kami memilih untuk low budget, maka kapal yang ditumpangi berupa Kapal Setengah Feri, tapi jika kalian punya duit lebih, ada baiknya naik kapalnya dari Pelabuhan Marina Ancol.)
Anyway, kira-kira 1,5 jam kami pun sampai di Pulau Pari.
Alhamdulillah gak ada yang mabok laut, termasuk anak-anak. Perjalanan menyenangkan sekali. Ini pertama kalinya Anak-anak mengarungi lautan.
Begitu sampai pulau Pari, kami langsung disambut oleh pemilik rumah (bang Mahmud) yang akan kami sewa selama 3 hari dua malam. Kami pun digiring menuju rumah beliau. Untuk yang ngebayangin bakal nginep di hotel, sebaiknya diilangin deh. Karena hampir semua rumah yang ada di Pulau Pari ini adalah rumah penduduk, bukan hotel seperti yang ada di Pulau lainnya. Nah, rumah bang Mahmud sederhana TAPI bersih dan nyaman. Lirik istri, ternyata dia pun senang.
Penyerahan kunci pun terjadi. Saat buka rumahnya. Alhamdulillah kembali terucap. Hawa dingin menyambut kami. Iya, rumahnya adem, karena ada AC di ruang tamunya. Beginilah penampakannya.
kamar 1
Ruang TV.
Kamar Utama.
Kamar tambahan.
Kok gi.. tu. Yah, namanya juga rumah penduduk di tengah pulau. Selesai beres-beres, makanan pun datang. Anak bang Mahmud (panggil saja Mawar - eh, Ryan kali ya - lupa, pokoknya cowok) yang nganter sendiri. Iya, dalam paketnya kita bakal dpt makan pagi-siang-sore.
Selesai makan, Ryan dateng lagi. Dia membacakan jadwal hari pertama.
Sampai Pantai, anak-anak pun langsung nyebur. Byur. Seneng.
Ternyata, di pulau Pari terdapat sebuah pusat Oceanografi, sayang waktu kesana sudah tutup, jadi kami tidak bisa masuk. Maka perjalan pun berlanjut.
Alhamdulillah, senengnya pol, melihat istri tersenyum. Iya, maafkan aku yang sudah jarang ngajak kalian jalan-jalan. :')
Saran:
- Untuk yang belom pernah ke pelabuhan Muara Angke, sebaiknya berangkat pagi, karena macet tol dan pelabuhan Muara Angke itu jadi satu sama pasar, jadi akan macet banget begitu siangan dikit.
- Kalau bakal nginep lama. Disediakan sih tempat parkir, tapi biar lo gak was-was ninggalin mobil lo lama di pelabuhan, naik aja taksi atau minta dianter jemput.
- Ketika naik kapal, jangan panik. Ciptakan suasana yang menyenangkan, terutama kalo bawa anak-anak.
- Jangan lupa, untuk jaga-jaga aja sih, minumkanlah anak-anak Antimo. Antimo-obat-anti-mabok-mabok-darat-lautan-udara-minumlah-sebelum-berpergian-Antinomo-melegakan-perjalanan-anda.
- Pilihlah tempat duduk yang melawan arah matahari. Karena perjalanan jauh dan agak panas. Ketika berangkat dari pelabuhan, pilihlah di posisi kiri kapal, karena matahari akan berada di kanan. ketika pulang dari Pulau Pari ke pelabuhan, pilihlah posisi di kanan kapal.
No comments:
Post a Comment