Monday, May 26, 2014

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. [sebuah review]

Ya, perasaan saya seperti judul yang tertulis. Dendam. Rasanya memuncak, sampai ke ubun-ubun, panas, merinding, bergetar, blar.. keluar dan akhirnya layu pasrah menerima. Bahagia. Karena sudah dibayar tuntas.

Seperti itu rasa saya membaca buku Eka Kurniawan ini. Dendam akan bacaan yang bikin lemes. Puas. Tapi Tersenyum. Bikin Bangga. Pengen diulang, tapi nanti. Disimpan dulu dalam hati.

Kalo diibaratkan, kayak kuntul habis menyelesaikan tugasnya. Lodoh.


Sebelumnya cercaan saya terima, ketika seorang teman merekomendasikan buku ini. 'Ah, lo hobi baca buku, gak tau siapa Eka Kurniawan!'. Ya, emang saya gak tau dia siapa. Habisnya saya bukan tipe yang gak kenal tapi ikutan 'ngerasa sayang'. Anyway, akhirnya saya main asal ambil di rak buku Gramedia buku ini di suatu siang. Ngeliat sampulnya, gambar burung.


Lihat sinopsis di belakangnya. Ada perasaan malas dan.. ragu. Karena saya sedang malas diceritakan mengenai rezim, politik, cinta yang unyu-unyu. Mungkin sudah muak dengan banyaknya informasi yang saya terima. Tapi entah kenapa, saya beli juga buku ini. Berharap, semoga saya bisa menuntaskan dendam.

Hingga pantat saya duduk di kereta commuterline jurusan Bekasi dari Stasiun Kota. Ngantuk. Tapi terlalu capek untuk tidur. Akhirnya, saya teringat buku ini. Saya ambil dan mulai membacanya.

Halaman 1 saya buka.. dan kalimat pertamanya :
"Hanya orang yang gak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati."
Etdah.

Iya, itu ekspresi yang saya ucapkan dengan suara. Orang di kiri dan kanan sampai memandangi saya. Saya teruskan baca lagi..


Saya pun hilang, hingga.. saya tersadar, karena bisikan hati saya yang berkata, "Dendam saya sudah dibayar tuntas!"

Iya, rasanya lega. Capek. Lodoh. Letoy, atau apapun sebutannya. Yang saya rasakan seperti bercinta, 5 indera saya berfungsi dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Mungkin kalian binggung dengan tulisan ini. Begitulah. Sama seperti bercinta. Perasaan dan rasa yang diterima tidak akan pernah sama. Penasaran ingin diraba dan dicoba, deg-degan bikin bahagia.

Satu jam. Mungkin waktu yang saya habiskan untuk membaca buku ini. Berharap, semoga saja tidak ada orang yang sadar, karena sudah beberapa kali burung saya bangun. Tidur. Bangun. Basah? Phuih, untungnya ngak. Dan Tidur lagi.




No comments:

Post a Comment