Friday, October 3, 2014

Hari pertama di Pulau Pari [Sebuah Cerita Liburan - Bagian 3]

BLOG MACAM APA INI, GAK PERNAH DIUPDATE. KATANYA MAU SHARE SERUNYA LIBURAN... KAPAN TAU. :)))) MAAFKAN, SEKARANG AKAN COBA GUE UPDATE.

Tapi, sebelum mulai baca, mungkin untuk menghayatinya, ada baiknya baca ini sambil denger lagu Weezer - Island in The Sun. *ape deh*

Malam semakin larut, semua perlengkapan udah siap di tempat, anak-anak udah pada tidur. Yang belum siap pesertanya. Lah, kenapa gitu? karena pesertanya pada misah-misah dan baru ketemuan besok pagi.

Yang akan berangkat ke pulau Pari adalah:
  • Gue (ya iyelah).
  • Istri.
  • Maira (6 thn - anak pertama gue).
  • Luna (1 thn 3 bln - anak kedua gue).
  • Doni (adek gue).
  • Dona (adek gue).
  • Rima (adek gue).
Tunggu. Tunggu deh, kayaknya banyak amat ya adek lo, To. Gini. Biar gue jelasin di keluarga gue (yang-adalah-jawir-seada-adanya-dan-akan-terjebak-selama-lamanya-tanpa-ada-jalan-keluarnya), kalo bapak-ibu lo adalah anak tertua dari 10 bersaudara, maka otomatis anaknya tante lo akan manggil lo dengan sebutan mas/abang/kakak/bro. Maka, otomatis sepupu (yang-emang-usianya-jauuuh-lebih-muda-dari-elo) akan dipanggil adek. Ribet gak? Ngak kan ya. Lanjut ya.
  • Dimas (temen - yang udah kaya keluarga, karena gue sama Dimas temenan dari kuliah, trus pas Dimas kawin, ternyata Nyokap-sahabatan-sama-nyokap-mertuanyaDimas-yang-udah-dianggap-kaya-keluarga-saking-deketnya).
Singkat cerita, jalanlah kita jam 3.30 pagi ke Pelabuhan Muara Angke. Kenapa pagi banget? Karena kita semua belom ada yang pernah ke sana. Daripada nyasar maka diputuskan berangkat subuh sekalian.


Sampe pelabuhan jam 5, bener aja, pasarnya udah penuuuh orang lalu lalang. Doni pun segera nemuin temennya yang bakal jadi guide kami disana, namanya Ogi (Maira seneng banget sama Ogi, karena menurut Maira, namanya-mirip-sama-tokoh-kartun-Oggy-and-the-Cockroaches-idolanya).

Berikutnya adalah naik kapalnya. Nah. Permasalahan dimulai. Sebagai suami yang punya istri takut air dan gak bisa berenang jadinya parnoan baik, maka utamakanlah ketika naik kapal, suami duluan baru istrinya, kenapa begitu? Karena begitu istri naik kapal dalam keadaannya goyang, LO GAK AKAN TEGA NGELIAT ISTRI LO MELUK MAS-MAS AWAK KAPAL YANG MUKENYA KESENENGAN KAYAK GAK PERNAH LIAT CEWEK BENING SEABAD.


(Karena kami memilih untuk low budget, maka kapal yang ditumpangi berupa Kapal Setengah Feri, tapi jika kalian punya duit lebih, ada baiknya naik kapalnya dari Pelabuhan Marina Ancol.)


Sambil nunggu kapal penuh, anak-anak sarapan roti dan minum Antimo. Perlahan anak-anak pun tertidur. Sebenernya kalo boleh jujur, perjalan ini adalah perjalanan paling deg-degan dan ter-edan yang pernah gue dan istri lakukan. Pertama, bawa balita dan anak. Kedua, nyebrang laut dalam waktu yg gak sebentar. Dan kecemasan lainnya, tapi gue terus baca-baca buku (do'a kali) dan terus nenangin hati, karena tujuan gue liburan ini adalah biar istri dan anak-anak bahagia, karena mungkin terlalu sibuknya gue kerja jadi jarang ngajak jalan-jalan mereka.


Anyway, kira-kira 1,5 jam kami pun sampai di Pulau Pari.


Alhamdulillah gak ada yang mabok laut, termasuk anak-anak. Perjalanan menyenangkan sekali. Ini pertama kalinya Anak-anak mengarungi lautan.


Begitu sampai pulau Pari, kami langsung disambut oleh pemilik rumah (bang Mahmud) yang akan kami sewa selama 3 hari dua malam. Kami pun digiring menuju rumah beliau. Untuk yang ngebayangin bakal nginep di hotel, sebaiknya diilangin deh. Karena hampir semua rumah yang ada di Pulau Pari ini adalah rumah penduduk, bukan hotel seperti yang ada di Pulau lainnya. Nah, rumah bang Mahmud sederhana TAPI bersih dan nyaman. Lirik istri, ternyata dia pun senang.


Penyerahan kunci pun terjadi. Saat buka rumahnya. Alhamdulillah kembali terucap. Hawa dingin menyambut kami. Iya, rumahnya adem, karena ada AC di ruang tamunya. Beginilah penampakannya.

kamar 1

Ruang TV.

Kamar Utama.
 
Kamar tambahan.

Kok gi.. tu. Yah, namanya juga rumah penduduk di tengah pulau. Selesai beres-beres, makanan pun datang. Anak bang Mahmud (panggil saja Mawar - eh, Ryan kali ya - lupa, pokoknya cowok) yang nganter sendiri. Iya, dalam paketnya kita bakal dpt makan pagi-siang-sore.


Selesai makan, Ryan dateng lagi. Dia membacakan jadwal hari pertama.


Sang istri pun angkat bicara, karena perjalanan jauh dan baru sampe, boleh gak acara snorkelingnya diundur jadi besok? Dan ternyata boleh. Maka, rencana selanjutnya adalah jalan-jalan ke Pantai Perawan (sejarah pantai Perawan, akan gue tuliskan terpisah) nanti sepeda. Oiya, selama di sana, sepeda menjadi alat transportasi kita, jadi otomatis dalam setiap rombongan akan dipinjemin sepeda sesuai jumlah orangnya.



Sampai Pantai, anak-anak pun langsung nyebur. Byur. Seneng.





Setelah puas berenang-renang di Pantai Perawan, kami pun balik ke rumah untuk makan siang, dan.. bobo. Sore harinya, sang istri ngajak jalan-jalan keliling pulau. Ayuklah.


Ternyata, di pulau Pari terdapat sebuah pusat Oceanografi, sayang waktu kesana sudah tutup, jadi kami tidak bisa masuk. Maka perjalan pun berlanjut.


Alhamdulillah, senengnya pol, melihat istri tersenyum. Iya, maafkan aku yang sudah jarang ngajak kalian jalan-jalan. :')

Saran:
  1. Untuk yang belom pernah ke pelabuhan Muara Angke, sebaiknya berangkat pagi, karena macet tol dan pelabuhan Muara Angke itu jadi satu sama pasar, jadi akan macet banget begitu siangan dikit.
  2. Kalau bakal nginep lama. Disediakan sih tempat parkir, tapi biar lo gak was-was ninggalin mobil lo lama di pelabuhan, naik aja taksi atau minta dianter jemput. 
  3. Ketika naik kapal, jangan panik. Ciptakan suasana yang menyenangkan, terutama kalo bawa anak-anak.
  4. Jangan lupa, untuk jaga-jaga aja sih, minumkanlah anak-anak Antimo. Antimo-obat-anti-mabok-mabok-darat-lautan-udara-minumlah-sebelum-berpergian-Antinomo-melegakan-perjalanan-anda.
  5. Pilihlah tempat duduk yang melawan arah matahari. Karena perjalanan jauh dan agak panas. Ketika berangkat dari pelabuhan, pilihlah di posisi kiri kapal, karena matahari akan berada di kanan. ketika pulang dari Pulau Pari ke pelabuhan, pilihlah posisi di kanan kapal.





No comments:

Post a Comment